Tuesday, April 18, 2006

Lorong Hidup


Hidup terus berjalan. Aku terus berusaha mencari makna hidupku…berusaha mencari sinar mentari pagi di lorong panjang dan kelam ini. Asa semakin lama semakin menipis. Terkadang aku berteriak…tiada yang mendengarku. Hanya tawa dari topeng-topeng yang selalu menertawakan setiap aku jatuh terjerembab ke dalam kubangan Lumpur. Aku berusaha berontak keluar dari Lumpur ini. Namun semakin dalam aku terperosok. Hingga habis semua asa ku. Aku hanya terdiam berusaha menerima Lumpur menjadi bagian dari diriku dan berusaha menerima kelam sebagai sahabatku.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur menarikku keluar. Tangan yang begitu perkasa. Sosok itu itu begitu bercahaya. Cahaya yang begitu aku rindukan. Kemudian dia berlari menjauh daripadaku. Aku terus mengejar sosok itu. Aku sungguh tidak mau kehilangannya. Dia satu-satunya sosok yang membantuku keluar dari Lumpur itu bukan hanya menertawakanku.

Aku terjatuh lagi….kaki ku penuh darah oleh duri-duri tajam. Perih….aku menangis…tangisan tanpa suara. Aku terdiam kembali di tepi lorong kelam ini. Terdiam berusaha meredam sakit yang kurasakan. Meredam hancurnya hati ku karena tidak mampu menahan sosok itu agar tidak meninggalkanku.

Perlahan-lahan aku mencoba bangkit kembali. Namun perih di kaki ku membuatku terjatuh kembali. Aku benar-benar tidak sanggup lagi meneruskan langkahku di lorong gelap ini. Tawa itu semakin keras terdengar bergema di setiap sudut lorong ini. Ingin aku berteriak agar mereka berhenti menertawakan penderitaanku.

Aku hanya ingin mencapai ujung lorong kehidupan ini agar aku dapat merasakan sentuhan kehangatan Sang Mentari di tubuhku. Agar aku dapat bermain bersama kupu-kupu yang menari di kelopak-kelopak bunga yang merekah saat sinar lembut mentari membelainya. Kenyataan kembali menamparku.

Aku terdiam. Tidak ! Aku tidak semudah itu menyerah. Aku merangkak perlahan-lahan hingga pada suatu dentuman waktu aku mampu perlahan-lahan berdiri di atas kedua kaki ku kembali. Perlahan-lahan hingga akhirnya aku mampu berlari kencang menuju satu titik di ujung lorong kelam ini.

Kini mungkin aku akan terdiam sesaat…tapi hanya sejenak

0 Comments:

Post a Comment

<< Home