Monday, December 26, 2005

Aku mencintaimu dengan segala yang ada pada ku....
Aku kehilangan mu dengan segala yang ada pada ku...

Wednesday, December 14, 2005

KEPOMPONG


Sosok itu menangis memberontak dalam kepompong waktu. Nafasnya semakin sesak. Dia butuh udara. Dia butuh keluar dari kepompongnya. Tenaga semakin melemah. Dia terus memberontak menangis.

Udara semakin menipis...Dia semakin melemah....kemudian akhirnya dia terdiam berusaha menikmasti sisa-sisa udara yang semakin menyesakkannya.

Dia terdiam....hanya terdiam dan udara semakin menipis bersama asa-asanya

MALAM


Telah lama aku terdiam dalam pekatnya malam. Pekatnya telah mematahkan keangkuhan ku. Pernah sesekali ku lihat guratan cahaya yang ku kira malam telah berakhir dan indahnya pagi kan menjelang dengan sinar mentari yang begitu hangat. Menghangatkan tubuh ku yang menggigil dalam pekatnya malam panjang.

Bohong ! Ternyata semua hanya kebohongan. Mentari berusaha merobek selimut kelam ku. Tapi gagal. Kelam ku terlalu kuat untuk dikalahkan. Aku berteriak..teriakkan tanpa suara. Kemudian aku menangis sekencang-kencangnya seperti bayi saat baru dilahirkan. Kemudian aku kembali terdiam. Menikmati dingin yang membungkus tubuhku. Mematahkan keangkuhan ku, Mematahkan semangat ku. Aku kembali terdiam. Sendiri...dalam pekatnya malam.

Wednesday, December 07, 2005

Aku nunggu....Aku Masih Menunggu....Tapi akhirnya aku sadar satu hal...kamu gak 'se-sayang' itu sama aku....

Entah kapan Malam Berhenti...Aku Masih Menunggu Pagi.....

Tuesday, December 06, 2005

BERHENTI !!!


Di sini aku menangis tersedu-sedu. Menangisi sesuatu yang terasa hilang di hatiku. Sesuatu yang aku tidak mengerti. Sesuatu yang singgah pun tak jua dihatiku. Aku menjadikan hampa teman bicaraku, dan kosong adalah jawabannya. Ingin ku robek selimut kelam, namun terlalu jauh untuk ku raih dan terlalu semu untuk ku genggam.

Sosok itu adalah mata ku, dialah bahuku, dialah telingaku,dialah aksara mulutku, dialah tulang kerangka penopang tubuhku. Kini dia pergi dalam sekali pelukan, meninggalkan aku yang buta, bisu, tuli, teronggok lemah bagai seonggok daging tanpa tulang.

Jika aku menangis, apa yang ku tangisi dimana aku tahu sejak awal sosok itu hanya singgah tanpa mampu menetap dalam ruang masa ku yang singkat ini. Jika aku marah, apa yang membuatku marah ?

Berhenti ! Jangan tertawakan aku ! Jangan menunjuk aku ! Jangan mencaci maki aku ! Jangan menjadi jaksa untukku dan jangan bertindak sebagai hakim dalam hidupku. Aku berhak menjadi apa yang aku mau. Aku berhak untuk menikmati hidupku yang singkat ini. Aku hanya ingin bahagia. Tanpa ikatan. Tanpa kepedihan. Tanpa air mata.

Sudah lama aku terikat dalam sebuah ruang masa. Mengikatku hingga aku terluka dan bersimbah darah. Apakah kamu menolong aku ? Apakah kamu mendengar jeritanku ? Apa kamu merasakan yang aku rasakan ? Jangan, jangan pernah kalian mengadili aku !

Kini aku merenung kosong dalam ruang hampa. Sesekali pernah kucoba melangkah dari ruang ini, namun mereka kembali mengadili aku tanpa memberiku kesempatan untuk membela diri. Mereka menertawakan aku lagi. Ingin aku membungkam mereka semua dengan semua nestapaku.

Biar kini aku kembali terpojok dalam ruang hampaku. Aku akan duduk disini hingga tiba saatnya aku yang mengadili mereka semua. Aku yang menghancurkan mereka semua dengan murkaku. Aku tampar mereka dengan nestapaku. Kini aku hanya akan duduk diam. Dalam ruang hampaku…

Terdiam


Aku masih saja terdiam disini...dipojok dalam kelam diselimuti dingin. Isak tangis ku telah tersamar oleh waktu hingga semakin menghilang. Aku kemudian terdiam membisu dalam keheningan berusaha memahami semua kelam. Beku. Beku sudah pikiran aku. Gak bisa diajak kompromi lagi. Membeku bersama duka nestapa yang terus mencambukku.

TUUUUHHAAANNNN !!!!!! Dengan lantang ku berteriak. Penuh kemarahan. Penuh kekecewaan. Penuh kedukaan. Hening. Sunyi. Tetap semua sepi. Tiada jawaban. Tiada aksara yang mampu menenangkan gemuruh di hatiku. Kenapa ? Mengapa ? Ah....pertanyaan bodoh itu kembali memenuhi ruang kosong kepalaku.
Aku bertanya pada kawan-kawan ku akan keberadaan ku..akan keberadaan Tuhan. Aku bertanya pada ahli Ulama, aku bertanya pada semua yang mampu berkata-kata...tentang Tuhan dan tentang 'aku'. Semua memberikan dalil-dalil indah, semua mengatakan Tuhan itu dengan segala keindahan aksara yang mereka miliki.


Aku terdiam. Aku berusaha mendengarkan dan mencerna. Berusaha menemukan jawaban-jawaban pertanyaan aku di setiap indahnya aksara mereka. Kemudian aku berkata-kata kepada mereka dengan aksara-aksara kemarahan, kekecewaan, keputusasaan....Mereka terdiam...Mereka terdiam tanpa mampu lagi menjawab dengan indahnya aksara mereka. Semua omong kosong !!! Tidak ada yang mampu menjawab lagi semua pertanyaan-pertanyaanku.

Di sinilah aku berada. Terdiam. Dipojok ruang kelam. Di selimuti dingin....terus mencari jawaban..terus...dan terus berusaha mencari jawaban...

Sesuatu Yang Tertunda


Disini aku sendiri, menatap relung-relung hidup
Aku merasa hidupku, tak seperti yang kuimingkan
Terhampar begitu banyak warna kelam sisi diriku
Seperti yang mereka tahu, seperti yang mereka tahu

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku, menantang sendiriku
Temui cinta, lepaskan rasa

Disini aku sendiri masih seperti dulu yang takut
Aku merasa hidupku pun surut tuk tumpukan harap
Tergambar begitu rupa, samar seperti yang kurasakan...
Kenyataan itu pahit, kenyataan itu sangatlah pahit

Monday, December 05, 2005

Semua masih terus membuat ku bertanya dan semakin banyak pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban dia benak ku yang terus membuat kepala ku sakit. Tangisan sudah tiada lagi. Sudah lelah mungkin mata ini mengeluarkan air mata. Hati yang terluka juga sudah tiada rasa. Kebas oleh waktu. Meninggalkan sebuah batu menggantikan hatiku. Batu yang begitu keras dan dingin.

Terus benakku bertanya...bertanya...bertanya...kenapa...mengapa...kemudian muncullah pernyataan-pernyataan baru seandainya...seharusnya...semestinya....Ahhhh !!! Sakit kepala ku...semua begitu menyesakkan jantungku...memusingkan kepalaku...

Aku hanya ingin hidup normal tanpa beban....tanpa segala kerumitan yang tiada terurai di benakku....Aku cuma ingin tenang....